Contoh Kasus Aspek Keuangan Dalam Studi Kelayakan Bisnis

Salam hangat untuk Sobat Tipsmonika! Apakah kamu sedang mempertimbangkan untuk memulai bisnis sendiri? Sudahkah kamu memikirkan aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis tersebut? Pada artikel kali ini, kita akan membahas contoh kasus dari aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis.

Contoh Kasus Pertama

Seorang wirausaha ingin membuka toko pakaian di pusat perbelanjaan yang ramai. Setelah melakukan studi kelayakan, dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka toko sebesar Rp 500 juta. Dalam studi kelayakan tersebut, dia juga menentukan target penjualan bulanan sebesar Rp 150 juta dan margin keuntungan sebesar 20%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP (Break Even Point).

Contoh Kasus Kedua

Seorang pengusaha ingin membuka restoran di kawasan bisnis yang ramai. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka restoran sebesar Rp 1 miliar. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 300 juta dengan margin keuntungan sebesar 25%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 3 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Ketiga

Seorang pengusaha ingin membuka toko buku online. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka toko sebesar Rp 50 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 20 juta dengan margin keuntungan sebesar 30%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Keempat

Seorang pengusaha ingin membuka usaha jasa pengiriman barang. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 100 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 50 juta dengan margin keuntungan sebesar 15%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 2 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Kelima

Seorang pengusaha ingin membuka usaha catering. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 80 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 100 juta dengan margin keuntungan sebesar 20%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 1,5 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Keenam

Seorang pengusaha ingin membuka usaha salon kecantikan. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 200 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 80 juta dengan margin keuntungan sebesar 25%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 3 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Ketujuh

Seorang pengusaha ingin membuka usaha penyewaan mobil. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 300 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 150 juta dengan margin keuntungan sebesar 15%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 2,5 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Kedelapan

Seorang pengusaha ingin membuka usaha katering makanan khas daerah. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 150 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 60 juta dengan margin keuntungan sebesar 30%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 2 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Kesembilan

Seorang pengusaha ingin membuka usaha warung kopi. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 50 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 30 juta dengan margin keuntungan sebesar 25%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 1 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Contoh Kasus Kesepuluh

Seorang pengusaha ingin membuka usaha travel agent. Dia menemukan bahwa biaya awal untuk membuka usaha sebesar Rp 500 juta. Dalam studi kelayakan, dia menemukan bahwa target penjualan bulanan yang realistis adalah sebesar Rp 200 juta dengan margin keuntungan sebesar 10%. Berdasarkan hasil studi kelayakan, dia membutuhkan waktu 4 tahun untuk mencapai titik impas atau BEP.

Kesimpulan

Dari contoh kasus di atas, kita dapat melihat bahwa aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis sangat penting untuk dipertimbangkan. Kita harus memperhitungkan biaya awal, target penjualan bulanan, margin keuntungan, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas atau BEP. Dengan memperhitungkan aspek keuangan dengan baik, kita dapat meminimalkan risiko kegagalan dan meningkatkan kesuksesan bisnis kita. Terima kasih telah membaca artikel ini, sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!

Tinggalkan komentar